Berada dalam kesatuan gugus
kepulauan sunda kecil, Nusa tenggara barat menampilkan corak kehidupan social dan
politik yang berbeda. Wilayah yang ada di antara bali dan Nusa Tenggara Timur
ini punya karakter social dan ekonomi yang unik.
Kehidupan social Nusa Tenggara
Barat dicirikan oleh kuatnya pengaruh Islam. Khususnya organisasi keagamaan
Nahdatul wathan (NW). 96,5 persen penduduk NTB beragama islam, NW menguasai 39
persen dari semua pesantren dan madrasah di NTB.
Masalah Daerah
Pemerintah di NTB setidaknya
punya tiga masalah, yaitu Pertambangan, Tenaga kerja Indonesia, dan upaya
memisahkan Sumbawa dari Propinsi NTB.
Potensi bahan tambang yang dikandung
NTB antara lain emas yang mencapai 5,39
juta ton, tembaga 4,84 juta ton, dan perak 321.400 ton (BPS Propinsi NTB 2013).
Pada 2012, sector pertambangan menjadi penyumbang terbesar kedua setelah
pertanian, dengan kontribusi 18,,63 persen.
Namun pengembangan usaha pertambangan
di NTB juga kerap mendapat perlawanan, mulai dari pengambilalihan lahan hingga
produksi, yang sering kali mengakibatkan kehidupan penduduk di sekitar tambang terancam.
Rentetan kasus yang terkait
dengan keberadaan PT Newmont Nusa Tenggara menjadi gambaran sensitive pengalaman
tambang di NTB.
TKI juga menjadi problem di NTB
yang tak kunjung usai. Selain kasus kematian dan penganiayaan yang dialami TKI NTB, wilyah ini juga sering dikaitkan
dengan banyak TKI illegal.
Kendati sering menimbulkan
masalah, TKI juga menjadi salah satu solusi mengatasi pengangguran dan
meningkatkan taraf kehidupan masyarakat di NTB. Pada tahun 2012, ada 37.020 TKI
dari Propinsi itu. Total uang yang dikirim TKI ke kampong halaman, menurut
catatan Bank Indonesia dan PT Pos Indonesia, mencapai Rp. 1,1 Triliun.
Pengangguran terbuka di NTB pada
2012 mencapai 5,26 persen lebih tinggi dari Bali yang 0,04 dan NTT 2,89 persen.
Segregasi politik di NTB
belakangan ini juga makin tajam, sejumlah elit di pulai Sumbawa mengusulkan
memisahkan diri dari NTB dengan membentuk propinsi baru. Representasi politik
berdasarkan kewilayahan dan penguasaan atas sumber daya ekonomi di duga menjadi
penyebabnya. Sumbawa yang mencakup 75 persen dari seluruh luas NTB kerap
terpinggirkan dalam kekuasaan. Walau penduduknya hanya 30 persen dari total
penduduk NTB, Pulau Sumbawa menyimpan potensi ekonomi yang tinggi, berupa lahan
tambang.
Jika pemekaran terjadi,
ketergantungan NTB terhadap TKI dan Pariwisata akan makin tinggi. (Bambang
Setiawan/Litbang Kompas) (Tulisan ini dimuat diharian Kompas Edisi, Senin, 10
Maret 2014)